summarization



* Sumarization yaitu Memperkecil routing table membuat proses pencarian menjadi lebih efisien, karena lebih sedikit rute yang dicari.


* Terdapat empat contoh rute statis di R3 yaitu:

1. 172.16.0.0/16
2. 172.17.0.0/16
3. 172.18.0.0/16
4. 172.19.0.0/16


* Dapat disederhanakan menjadi jaringan 172.16.0.0/14, karena semua rute menggunakan interface keluaran yang sama, sehingga dapat diringkas menjadi sebuah jaringan 172.16.0.0 dengan subnet mask 255.252.0.0, dan ini disebut summary route

OSPF

Gambar Topologi



Pertanyaan:
a. How many directly connected routes were in the routing table for the Denver router?
b. What was the next-hop IP address for the static routes in the routing table for the Phoenix2 router?
c. Based on the routing table from the Denver router, what routing protocol is being used?
Jawaban :

a. 4 Rute
yaitu :
1. Network 10.10.254.240/30
2. Network 10.10.254.244/30
3. Network 10.10.254.248/30
4. Network 172.16.100.0/30

Dengan cara Show ip route pada router Denver


b. Hop berikutnya adalah network 172.16.10.0/24 dan network 172.168.20.0/24
Dengan Cara Show ip route pada router phoenix2

c. Protokol yang digunakan adalah routing static, routing dynamic dan routing EIGRP.
Dengan cara Show ip route pada router denver

1. PENGERTIAN ROUTING
Routing adalah proses dimana suatu router mem- forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. Ketika router menggunakan routing dinamis, informasi ini dipelajari dari router yang lain. Ketika menggunakan routing statis, seorang network administrator mengkonfigurasi informasi tentang jaringan yang ingin dituju secara manual.
Routing IP adalah subjek yang penting untuk dimengerti, karena ia menyangkut semua router dan konfigurasi-konfigurasi yang menggunakan IP. Routing IP adalah proses memindahkan paket dari satu network ke network lain menggunakan router-router. Lihat Gambar dibawah. Kita harus memahami perbedaan antara routing protocol dan routed protocol. Sebuah routing protocol digunakan oleh router untuk secara dinamis menemukan semua network di sebuah internetwork, dan memastikan bahwa semua router memiliki routing table yang sama. Pada dasarnya sebuah routing protocol menentukan jalur (path) yang dilalui oleh sebuah paket melalui sebuah internetwork. Contoh dari routing protocol adalah RIP, IGRP, EIGRP, dan OSPF.


Gambar Routed dan Routing protokol.
Setelah semua router mengetahui tentang semua network, sebuah routed protokol dapat digunakan untuk mengirimkan data user (paket) melalui jaringan yang sudah ada. Routed protokol ditugaskan ke sebuah inteface dan menentukan metode pengiriman paket. Contoh dari routed protokol adalah IP dan IPX. Lihat Gambar


Gambar Contoh pertukaran data protokol routing RIP dan IGRP.
2. DASAR-DASAR ROUTING
Setelah kita menciptakan sebuah internetwork dengan mengkoneksikan
WAN dan LAN ke sebuah router, kita akan perlu untuk mengkonfigurasi alamat
network logikal, seperti alamat IP, untuk semua host pada internetwork sehingga
mereka dapat berkomunikasi melalui internetwork tersebut.
Istilah routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari
sebuah alat dan mengirimkannya melalui network ke alat lain di sebuah network
yang berbeda. Router tidak peduli atau tidak memperhatikan tentang host, router
hanya memperlihatkan tentang network dan jalur terbaik ke setiap network. Alamat network logikal dari host tujuan digunakan untuk menyampaikan paket ke sebuah network melalui sebuah network yang routed (network yang terhubung ke satu atau beberapa network melalui satu atau beberapa route), kemudian alamat hardware dari host digunakan untuk mengirimkan paket dari router ke host tujuan yang benar.
Jika network kita tidak memiliki router, maka jelas kita tidak melakukan routing. Router melakukan routing lalu lintas data ke semua network di internetwork. Agar kita bisa melakukan routing paket, sebuah router harus mengetahui paling sedikit hal-hal berikut :
1. Alamat tujuan.
2. Router-router tetangga (neighbor routers) dari mana sebuah router bias mempelajari tentang network remote.
3. Route yang mungkin ke semua network remote.
4. Route terbaik untuk setiap network remote.
5. Bagaimana menjaga dan memverifikasi informasi routing.
Router mempelajari tentang network-network remote dari router-router tetangga atau dari seorang administrator. Router kemudian akan membuat sebuah routing table yang menggambarkan bagaimana menemukan network- network remote. Jika sebuah network terhubung secara langsung maka router sudah tahu bagaiamana menghubungi network itu. Jika sebuah network tidak terhubung secara langsung router harus mempelajari bagaimana cara mencapai network remote tersebut dengan dua cara menggunakan routing statis, yang berarti sseorang harus mengetikkan dengan tangan tentang semua lokasi network ke routing table atau melalui apa yang disebut routing dinamis.
Pada routing dinamis sebuah protokol pada satu router berkomunikasi dengan protokol yang sama yang bekerja di router tetangga. Router kemudian akan saling melakukan update tentang semua network yang mereka ketahui dan
menempatkan informasi tersebut ke routing table. Jika suatu perubahan terjadi di network, maka protokol routing dinamis secara otomatis akan memberitahukan semua router tentang apa yang terjadi. Jika routing statis digunakan, maka seorang administrator bertanggung jawab untuk melakukan update semua perubahan tersebut, secara manual ke semua router. Biasanya, pada sebuah network yang besar digunakan sebuah kombinasi dari routing dinamis dan routing statis.
Tabel berikut ini memperlihatkan perbandingan antara kecepatan dan keamanan dan ketergantungan pada konfigurasi device-nya.
3. ROUTING STATIS
Routing statis terjadi jika kita secara manual menambah route-route di routing table dari setiap router. Terdapat pro dan kontra terhadap routing statis, tetapi itu juga berlaku untuk semua proses routing
Routing statis memiliki keuntungan-keuntungan berikut:
• Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router, yang berarti kita mungkin dapat membeli router yang lebih murah daripada jika kita menggunakan routing dinamis.
• Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk mengizinkan akses routing ke network tertentu saja
Routing statis memiliki kerugian-kerugian berikut :
• Administrator harus benar-benar memahami internetworking dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasi router dengan benar
• Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, administrator harus menambahkan sebuah route ke semua router secara manual.
• Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaanfull-time sendiri.
Berikut ini adalah syntax perintah yang kita gunakan untuk menambah sebuah route statis ke sebuah routing table :
ip route [destination_network] [mask] [next-hop_address or exit interface]
[admistrative_distance] [permanent]
Daftar ini menggambarkan setiap perintah dalam string:
• ip route
Perintah ini digunakan untuk menciptakan routing statis
• Destination_address
Network yang kita tempatkan di routing table.
• Mask Subnet mask yang digunakan di network.
• Next-hop_address
Alamat dari router di hop berikutnya (next-hop) yang akan menerima paket dan meneruskannya ke network remote. Alamat next-hop address adalah sebuah interface router yang berada disebuah network yang terhubung secara langsung. Kita harus mampu melakukan ping ke interface router ini sebelum kita menambahkan route. Jika kita mengetikkan alamat di hop berikutnya yang salah, atau interface ke router sedang mati, route statis akan muncul di konfigurasi router, tetapi tidak di routing table.
• Exit interface
Kita dapat menggunakan ini untuk menggantikan next-hop_address jika kita menginginkannya, tetapi ini hanya dapat diterapkan di sebuah link point-to- point, seperti sebuah WAN. Perintah ini tidak akan bekerja pada sebuah LAN seperti Ethernet.
• Administrative_distance.
Secara default, route statis memiliki sebuah administrative distance (jarak administrasi) 1 (atau bahkan 0 jika kita menggunakan sebuah exit interface dibandingkan sebuah alamat next-hop). Kita dapat mengubah nilai default dengan menambahkan apa yang disebut administrative weight (bobot administrasi) pada akhir dari perintah ini
• Permanent.
Jika interface dimatikan (shut down), atau router tidak dapat berkomunikasi ke router hop berikutnya, secara otomatis route akan dibuang dari routing table. Pilihan permanent akan membuat entri route ini tetap ada di routing table meski apa pun yang terjadi.
Terdapat dua jenis routing protokol yang digunakan di internetwork: internet gateway protocol (IGP) dan exterior gateway protocol (EGP). IGP digunakan untuk melakukan pertukaran informasi routing dengan router-router yang berada di autonomous system (AS) yang sama. Sebuah AS adalah sekumpulan network yang berada dibawah sebuah domain administrasi yang sama, yang pada dasarnya berarti semua router yang berbagi informasi routing table yang sama adalah berada di AS yang sama. Sedangkan EGP digunakan untuk berkomunikasi antar-AS. Sebuah contoh EGP adalah Border Gateway Protocol (BGP)
Administative Distance (disingkat AD) digunakan untuk mengukur apa yang disebut trustworthiness (ke-dapat-dipercaya-an) dari informasi routing yang diterima oleh sebuah router dari router tetangga. Sebuah administrative distance adalah sebuah bilangan bulat dari 0 sampai 255, dimana 0 adalah yang paling dapat dipercaya dan 225 berarti tidak akan lalu lintas data yang akan melalui route ini.
Jika sebuah router menerima dua update mengenai network yang sama, maka hal pertama yang dicek oleh router adalah AD. Jika satu dari route yang di- advertised (diumumkan oleh router lain) memiliki AD yang lebih rendah dari yang lain, maka route dengan AD terendah tersebut akan ditempatkan di routing table.
Jika kedua route yang di-advertised memiliki AD yang sama, maka yang disebut metrics dari routing protokol(misalnya jumlah hop atau bandwidth dari sambungan) akan digunakan untuk menemukan jalur terbaik ke network remote. Router yang di-advertised dengan metrics terendah akan ditempatkan di routing table. Tetapi jika kedua route memiliki AD dan metric yang sama, maka routing protocol akan melakukan load-balance (pengimbangan beban) ke network remote (yang berarti router akan mengirimkan paket melalui kedua link yang memiliki AD dan metric yang sama tersebut).
Terdapat tiga class routing protokol:
1. Distance Vector
Protokol distance-vector menemukan jalur terbaik ke sebuah network remote dengan menilai jarak. Setiap kali sebuah paket melalui sebuah router disebut sebagai sebuah hop. Route dengan hop yang paling sedikit ke network yang dituju akan menjadi route terbaik. Vektor menunjukan arah (direction) ke network remote. Baik RIP dan IGRP adalah routing protokol jenis distance- vector. RIP dan IGRP mengirimkan semua routing table ke router-router tetangga yang terhubung secara langsung
2. Link state
Pada protokol link-state atau yang juga disebut protokol shortest-path-first setiap router akan menciptakan tiga buah tabel terpisah. Satu dari tabel ini mencatat perubahan dari network-network yang terhubung secara langsung. Satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan tabel yang terakhir digunakan sebagai routing table. Router yang link-state mengetahui lebih banyak tentang internetwork dibandingkan semua jenis routing protokol yang distance-vector. OSPF adalah sebuah routing protokol IP yang sepenuhnya link-state. Protokol link-state mengirimkan update- update yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router lain di network.
3. Hybrid Protokol
Hybrid menggunakan aspek-aspek dari routing protokol jenis distance-vector dan routing protokol jenis link-state. Sebagai contoh adalah EIGRP. Tidak ada cara tunggal untuk mengkonfigurasikan routing protokol untuk digunakan di semua bisnis atau pekerjaan. Mengkonfigurasikan routing protokol adalah hal yang harus kita lakukan secara kasus-per-kasus. Jika kita mengerti bagaimana cara kerja routing protokol yang berbeda, kita dapat membuat keputusan yang baik, kuat, dan yang benar-benar memenuhi kebutuhan semua orang di semua jenis bidang usaha.
4. OSPF
Kekuatan dari OSPF ada pada sistem hirarkinya yang diterapkan dalam sistem area. Penyebaran informasi routing menjadi lebih teratur dan juga mudah untuk di-troubleshooting.Langkah pertama yang harus dilakukan oleh OSPF adalah membentuk komunikasi dengan para router tetangganya. Tujuannya adalah agar informasi apa yang belum diketahui oleh router tersebut dapat diberi tahu oleh router tetangganya.Begitu pula router tetangga tersebut juga akan menerima informasi dari router lain yang bertindak sebagai tetangganya. Sehingga pada akhirnya seluruh informasi yang ada dalam sebuah jaringan dapat diketahui oleh semua router yang ada dalam jaringan tersebut. Kejadian ini sering disebut dengan istilah Convergence.
Setelah router membentuk komunikasi dengan para tetangganya, maka proses pertukaran informasi routing berlangsung dengan menggunakan bantuan beberapa paket khusus yang bertugas membawa informasi routing tersebut. Paket-paket tersebut sering disebut dengan istilah Link State Advertisement packet (LSA packet). Selain dari hello packet, routing protokol OSPF juga sangat bergantung kepada paket jenis ini untuk dapat bekerja. OSPF memang memiliki sistem update informasi routing yang cukup teratur dengan rapi. Teknologinya menentukan jalur terpendek dengan algoritma Shortest Path First (SPF) juga sangat hebat. Meskipun terbentang banyak jalan menuju ke sebuah lokasi, namun OSPF dapat menentukan jalan mana yang paling baik dengan sangat tepat. Sehingga komunikasi data Anda menjadi lancar dan efisien.
Namun ada satu lagi keunggulan OSPF, yaitu konsep jaringan hirarki yang membuat proses update informasinya lebih termanajemen dengan baik. Dalam menerapkan konsep hirarki ini, OSPF menggunakan pembagian jaringan berdasarkan konsep area-area. Pembagian berdasarkan area ini yang juga merupakan salah satu kelebihan OSPF.
• Konsep Area dalam OSPF.
OSPF dibuat dan dirancang untuk melayani jaringan lokal berskala besar. Artinya OSPF haruslah memiliki nilai skalabilitas yang tinggi, tidak mudah habis atau “mentok” karena jaringan yang semakin diperbesar. Namun nyatanya pada penerapan OSPF biasa, beberapa kejadian juga dapat membuat router OSPF kewalahan dalam menangani jaringan yang semakin membesar. Router OSPF akan mencapai titik kewalahan ketika semakin membesarnya area jaringan yang dilayaninya akan semakin banyak informasi yang saling dipertukarkan. Semakin banyak router yang perlu dilayani untuk menjadi neighbour dan adjacence. Dan semakin banyak pula proses pertukaran informasi routing terjadi. Hal ini akan membuat router OSPF membutuhkan lebih banyak sumber memory dan processor. Jika router tersebut tidak dilengkapi dengan memory dan processor yang tinggi, maka masalah akan terjadi pada router ini.
Topology table akan semakin membesar dengan semakin besarnya jaringan. Topology table memang harus ada dalam OSPF karena OSPF termasuk routing protocol jenis Link State. Topology table menrupakan tabel kumpulan informasi state seluruh link yang ada dalam jaringan tersebut. Dengan semakin membesarnya jaringan, maka topology table juga semakin membengkak besarnya. Pembengkakan ini akan mengakibatkan router menjadi lama dalam menentukan sebuah jalur terbaik yang akan dimasukkan ke routing table. Dengan demikian, performa forwarding data juga menjadi lamban.
Topology table yang semakin membesar akan mengakibatkan routing table semakin membesar pula. Routing table merupakan kumpulan informasi rute menuju ke suatu lokasi tertentu. Namun, rute-rute yang ada di dalamnya sudah merupakan rute terbaik yang dipilih menggunakan algoritma Djikstra. Routing table yang panjang dan besar akan mengakibatkan pencarian sebuah jalan ketika ingin digunakan menjadi lambat, sehingga proses forwarding data juga semakin lambat dan menguras tenaga processor dan memory. Performa router menjadi berkurang. Melihat titik-titik kelemahan OSPF dalam melayani jaringan yang berkembang pesat, maka para pencipta routing protokol ini juga tidak membiarkannya saja. Untuk itu, routing protokol ini dilengkapi dengan sistem hirarki yang berupa pengelompokan router-router OSPF dalam area. Dengan membagi-bagi router dalam jaringan menjadi tersegmen, maka akan banyak keuntungan yang akan didapat, khususnya untuk menangani masalah ketika jaringan semakin membesar dan perangkatnya semakin kehabisan tenaga. Untuk tujuan inilah konsep area diciptakan dalam routing protokol OSPF.
• Konsep Area Dapat Mengurangi Masalah
Ketika sebuah jaringan semakin membesar dan membesar terus, routing protokol OSPF tidak efektif lagi jika dijalankan dengan hanya menggunakan satu area saja. Seperti telah Anda ketahui, OSPF merupakan routing protokol berjenis Link State. Maksudnya, routing protokol ini akan mengumpulkan data dari status-status setiap link yang ada dalam jaringan OSPF tersebut. Apa jadinya jika jaringan OSPF tersebut terdiri dari ratusan bahkan ribuan link di dalamnya? Tentu proses pengumpulannya saja akan memakan waktu lama dan resource processor yang banyak. Setelah itu, proses penentuan jalur terbaik yang dilakukan OSPF juga menjadi sangat lambat. Berdasarkan limitasi inilah konsep area dibuat dalam OSPF. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah link-link yang dipantau dan dimonitor statusnya agar penyebaran informasinya menjadi cepat dan efisien serta tidak menjadi rakus akan tenaga processing dari perangkat router yang menjalankannya.
• Bagaimana Informasi Link State Disebarkan?
Untuk menyebarkan informasi Link State ke seluruh router dalam jaringan, OSPF memiliki sebuah sistem khusus untuk itu. Sistem ini sering disebut dengan istilah Link State Advertisement (LSA). Dalam menyebarkan informasi ini, sistem LSA menggunakan paket-paket khusus yang membawa informasi berupa status-status link yang ada dalam sebuah router. Paket ini kemudian dapat tersebar ke seluruh jaringan OSPF. Semua informasi link yang ada dalam router dikumpulkan oleh proses OSPF, kemudian dibungkus dengan paket LSA ini dan kemudian dikirimkan ke seluruh jaringan OSPF.
• Paket LSA
Seperti telah dijelaskan di atas, paket LSA di dalamnya akan berisi informasi seputar link-link yang ada dalam sebuah router dan statusnya masing-masing. Paket LSA ini kemudian disebarkan ke router-router lain yang menjadi neighbour dari router tersebut. Setelah informasi sampai ke router lain, maka router tersebut juga akan menyebarkan LSA miliknya ke router pengirim dan ke router lain. Pertukaran paket LSA ini tidak terjadi hanya pada saat awal terbentuknya sebuah jaringan OSPF, melainkan terus menerus jika ada perubahan link status dalam sebuah jaringan OSPF. Namun, LSA yang disebarkan kali pertama tentu berbeda dengan yang disebarkan berikutnya. Karena LSA yang pertama merupakan informasi yang terlengkap seputar status dari link-link dalam jaringan, sedangkan LSA berikutnya hanyalah merupakan update dari perubahan status yang terjadi.
Paket-paket LSA juga dibagi menjadi beberapa jenis. Pembagian ini dibuat berdasarkan informasi yang terkandung di dalamnya dan untuk siapa LSA ini ditujukan. Untuk membedakan jenisjenisnya ini, OSPF membagi paket LSA nya menjadi tujuh tipe. Masing-masing tipe memiliki kegunaannya masing-masing dalam membawa informasi Link State. Anda dapat melihat kegunaan masing-masing paket pada tabel “Tipe-tipe LSA packet”.
• Tipe-tipe Router OSPF
Seperti telah Anda ketahui, OSPF menggunakan konsep area dalam menjamin agar penyebaran informasi tetap teratur baik. Dengan adanya sistem area-area ini, OSPF membedakan lagi tipe-tipe router yang berada di dalam jaringannya. Tipe-tipe router ini dikategorikan berdasarkan letak dan perannya dalam jaringan OSPF yang terdiri dari lebih dari satu area. Di mana letak sebuah router dalam jaringan OSPF juga sangat berpengaruh terhadap fungsinya. Jadi dengan demikian, selain menunjukkan lokasi di mana router tersebut berada, nama-nama tipe router ini juga akan menunjukkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa tipe router OSPF berdasarkan letaknya dan juga sekaligus fungsinya:
Ø Internal Router
Router yang digolongkan sebagai internal router adalah router-router yang berada dalam satu area yang sama. Router-router dalam area yang sama akan menanggap router lain yang ada dalam area tersebut adalah internal router. Internal router tidak memiliki koneksi-koneksi dengan area lain, sehingga fungsinya hanya memberikan dan menerima informasi dari dan ke dalam area tersebut. Tugas internal router adalah me-maintain database topologi dan routing table yang akurat untuk setiap subnet yang ada dalam areanya. Router jenis ini melakukan flooding LSA informasi yang dimilikinya ini hanya kepada router lain yang dianggapnya sebagai internal router.
Ø Backbone Router
Salah satu peraturan yang diterapkan dalam routing protokol OSPF adalah setiap area yang ada dalam jaringan OSPF harus terkoneksi dengan sebuah area yang dianggap sebagai backbone area. Backbone area biasanya ditandai dengan penomoran 0.0.0.0 atau sering disebut dengan istilah Area 0. Router-router yang sepenuhnya berada di dalam Area 0 ini dinamai dengan istilah backbone router. Backbone router memiliki semua informasi topologi dan routing yang ada dalam jaringan OSPF tersebut.
Ø Area Border Router (ABR)
Sesuai dengan istilah yang ada di dalam namanya “Border”, router yang tergolong dalam jenis ini adalah router yang bertindak sebagai penghubung atau perbatasan. Yang dihubungkan oleh router jenis ini adalah area-area yang ada dalam jaringan OSPF. Namun karena adanya konsep backbone area dalam OSPF, maka tugas ABR hanyalah melakukan penyatuan antara Area 0 dengan area-area lainnya. Jadi di dalam sebuah router ABR terdapat koneksi ke dua area berbeda, satu koneksi ke area 0 dan satu lagi ke area lain. Router ABR menyimpan dan menjaga informasi setiap area yang terkoneksi dengannya. Tugasnya juga adalah menyebarkan informasi tersebut ke masing-masing areanya. Namun, penyebaran informasi ini dilakukan dengan menggunakan LSA khusus yang isinya adalah summarization dari setiap segment IP yang ada dalam jaringan tersebut. Dengan adanya summary update ini, maka proses pertukaran informasi routing ini tidak terlalu memakan banyak resource processing dari router dan juga tidak memakan banyak bandwidth hanya untuk update ini.
Ø Autonomous System Boundary Router (ASBR)
Sekelompok router yang membentuk jaringan yang masih berada dalam satu hak administrasi, satu kepemilikan, satu kepentingan, dan dikonfigurasi menggunakan policy yang sama, dalam dunia jaringan komunikasi data sering disebut dengan istilah Autonomous System (AS). Biasanya dalam satu AS, router-router di dalamnya dapat bebas berkomunikasi dan memberikan informasi. Umumnya, routing protocol yang digunakan untuk bertukar informasi routing adalah sama pada semua router di dalamnya. Jika menggunakan OSPF, maka semuanya tentu juga menggunakan OSPF.
Namun, ada kasus-kasus di mana sebuah segmen jaringan tidak memungkinkan untuk menggunakan OSPF sebagai routing protokolnya. Misalkan kemampuan router yang tidak memadai, atau kekurangan sumber daya manusia yang paham akan OSPF, dan banyak lagi. Oleh sebab itu, untuk segmen ini digunakanlah routing protocol IGP (Interior Gateway Protocol) lain seperti misalnya RIP. Karena menggunakan routing protocol lain, maka oleh jaringan OSPF segmen jaringan ini dianggap sebagai AS lain.
Untuk melayani kepentingan ini, OSPF sudah menyiapkan satu tipe router yang memiliki kemampuan ini. OSPF mengategorikan router yang menjalankan dua routing protokol di dalamnya, yaitu OSPF dengan routing protokol IGP lainnya seperti misalnya RIP, IGRP, EIGRP, dan IS-IS, kemudian keduanya dapat saling bertukar informasi routing, disebut sebagai Autonomous System Border Router (ASBR).
Router ASBR dapat diletakkan di mana saja dalam jaringan, namun yang pasti router tersebut haruslah menjadi anggota dari Area 0-nya OSPF. Hal ini dikarenakan data yang meninggalkan jaringan OSPF juga dianggap sebagai meninggalkan sebuah area. Karena adanya peraturan OSPF yang mengharuskan setiap area terkoneksi ke backbone area, maka ASBR harus diletakkan di dalam backbone area.
Ø Jenis Area dalam OSPF
Setelah membagi-bagi jaringan menjadi bersistem area dan membagi router-router di dalamnya menjadi beberapa jenis berdasarkan posisinya dalam sebuah area, OSPF masih membagi lagi jenis-jenis area yang ada di dalamnya. Jenis-jenis area OSPF ini menunjukkan di mana area tersebut berada dan bagaimana karakteristik area tersebut dalam jaringan. Berikut ini adalah jenis-jenis area dalam OSPF:
1. Backbone Area
Backbone area adalah area tempat bertemunya seluruh area-area lain yang ada dalam jaringan OSPF. Area ini sering ditandai dengan angka 0 atau disebut Area 0. Area ini dapat dilewati oleh semua tipe LSA kecuali LSA tipe 7 yang sudah pasti akan ditransfer menjadi LSA tipe 5 oleh ABR.
2. Standar Area
Area jenis ini merupakan area-area lain selain area 0 dan tanpa disertai dengan konfigurasi apapun. Maksudnya area ini tidak dimodifikasi macam-macam. Semua router yang ada dalam area ini akan mengetahui informasi Link State yang sama karena mereka semua akan saling membentuk adjacent dan saling bertukar informasi secara langsung. Dengan demikian, semua router yang ada dalam area ini akan memiliki topology database yang sama, namun routing table-nya mungkin saja berbeda.
3. Stub Area
Stub dalam arti harfiahnya adalah ujung atau sisi paling akhir. Istilah ini memang digunakan dalam jaringan OSPF untuk menjuluki sebuah area atau lebih yang letaknya berada paling ujung dan tidak ada cabang-cabangnya lagi. Stub area merupakan area tanpa jalan lain lagi untuk dapat menuju ke jaringan dengan segmen lain. Area jenis ini memiliki karakteristik tidak menerima LSA tipe 4 dan 5. Artinya adalah area jenis ini tidak menerima paket LSA yang berasal dari area lain yang dihantarkan oleh router ABR dan tidak menerima paket LSA yang berasal dari routing protokol lain yang keluar dari router ASBR (LSA tipe 4 dan 5). Jadi dengan kata lain, router ini hanya menerima informasi dari router-router lain yang berada dalam satu area, tidak ada informasi routing baru di router. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana area jenis ini dapat berkomunikasi dengan dunia luar kalau tidak ada informasi routing yang dapat diterimanya dari dunia luar. Jawabannya adalah dengan menggunakan default route yang akan bertugas menerima dan meneruskan semua informasi yang ingin keluar dari area tersebut. Dengan default route, maka seluruh traffic tidak akan dibuang ke mana-mana kecuali ke segmen jaringan di mana IP default route tersebut berada.
4. Totally Stub Area
Mendengar namanya saja, mungkin Anda sudah bisa menangkap artinya bahwa area jenis ini adalah stub area yang lebih diperketat lagi perbatasannya. Totally stub area tidak akan pernah menerima informasi routing apapun dari jaringan di luar jaringan mereka. Area ini akan memblokir LSA tipe 3, 4, dan 5 sehingga tidak ada informasi yang dapat masuk ke area ini. Area jenis ini juga sama dengan stub area, yaitu mengandalkan default route untuk dapat menjangkau dunia luar.
5. Not So Stubby Area (NSSA)
Stub tetapi tidak terlalu stub, itu adalah arti harafiahnya dari area jenis ini. Maksudnya adalah sebuah stub area yang masih memiliki kemampuan spesial, tidak seperti stub area biasa. Kemampuan spesial ini adalah router ini masih tetap mendapatkan informasi routing namun tidak semuanya. Informasi routing yang didapat oleh area jenis ini adalah hanya external route yang diterimanya bukan dari backbone area. Maksudnya adalah router ini masih dapat menerima informasi yang berasal dari segmen jaringan lain di bawahnya yang tidak terkoneksi ke backbone area. Misalnya Anda memiliki sebuah area yang terdiri dari tiga buah router. Salah satu router terkoneksi dengan backbone area dan koneksinya hanya berjumlah satu buah saja. Area ini sudah dapat disebut sebagai stub area. Namun nyatanya, area ini memiliki satu segmen jaringan lain yang menjalankan routing protokol RIP misalnya. Jika Anda masih mengonfigurasi area ini sebagai Stub area, maka area ini tidak menerima informasi routing yang berasal dari jaringan RIP. Namun konfigurasilah dengan NSSA, maka area ini bisa mengenali segmen jaringan yang dilayani RIP.
5. RIP (Routing Information Protocol)
RIP adalah protokol routing dinamik yang berbasis distance vector. RIP menggunakan protokol UDP pada port 520 untuk mengirimkan informasi routing antar router. RIP menghitung routing terbaik berdasarkan perhitungan HOP. RIP membutuhkan waktu untuk melakukan converge. RIP membutuhkan power CPU yang rendah dan memory yang kecil
daripada protokol yang lainnya.
RIP memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
Ø METRIC: Hop Count
RIP menghitung routing terbaik berdasarkan hop count dimana belum tentu hop count yang rendah menggunakan protokol LAN yang bagus, dan bisa saja RIP memilih jalur jaringan yang lambat.
Ø Hop Count Limit
RIP tidak dapat mengatur hop lebih dari 15. hal ini digunakan untuk mencegah loop pada jaringan.
Ø Classful Routing Only
RIP menggunakan classful routing ( /8, /16, /24 ). RIP tidak dapat mengatur classless routing.

PENGERTIAN NEIGHBOR, TOPOLOGY, ROUTING TABLE

1. PENGERTIAN ROUTING

Routing adalah proses dimana suatu router mem- forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. Ketika router menggunakan routing dinamis, informasi ini dipelajari dari router yang lain. Ketika menggunakan routing statis, seorang network administrator mengkonfigurasi informasi tentang jaringan yang ingin dituju secara manual.

Routing IP adalah subjek yang penting untuk dimengerti, karena ia menyangkut semua router dan konfigurasi-konfigurasi yang menggunakan IP. Routing IP adalah proses memindahkan paket dari satu network ke network lain menggunakan router-router. Lihat Gambar dibawah. Kita harus memahami perbedaan antara routing protocol dan routed protocol. Sebuah routing protocol digunakan oleh router untuk secara dinamis menemukan semua network di sebuah internetwork, dan memastikan bahwa semua router memiliki routing table yang sama. Pada dasarnya sebuah routing protocol menentukan jalur (path) yang dilalui oleh sebuah paket melalui sebuah internetwork. Contoh dari routing protocol adalah RIP, IGRP, EIGRP, dan OSPF.

Gambar Routed dan Routing protokol.

Setelah semua router mengetahui tentang semua network, sebuah routed protokol dapat digunakan untuk mengirimkan data user (paket) melalui jaringan yang sudah ada. Routed protokol ditugaskan ke sebuah inteface dan menentukan metode pengiriman paket. Contoh dari routed protokol adalah IP dan IPX. Lihat Gambar

Gambar Contoh pertukaran data protokol routing RIP dan IGRP.

2. DASAR-DASAR ROUTING

Setelah kita menciptakan sebuah internetwork dengan mengkoneksikan

WAN dan LAN ke sebuah router, kita akan perlu untuk mengkonfigurasi alamat

network logikal, seperti alamat IP, untuk semua host pada internetwork sehingga

mereka dapat berkomunikasi melalui internetwork tersebut.

Istilah routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari

sebuah alat dan mengirimkannya melalui network ke alat lain di sebuah network

yang berbeda. Router tidak peduli atau tidak memperhatikan tentang host, router

hanya memperlihatkan tentang network dan jalur terbaik ke setiap network. Alamat network logikal dari host tujuan digunakan untuk menyampaikan paket ke sebuah network melalui sebuah network yang routed (network yang terhubung ke satu atau beberapa network melalui satu atau beberapa route), kemudian alamat hardware dari host digunakan untuk mengirimkan paket dari router ke host tujuan yang benar.

Jika network kita tidak memiliki router, maka jelas kita tidak melakukan routing. Router melakukan routing lalu lintas data ke semua network di internetwork. Agar kita bisa melakukan routing paket, sebuah router harus mengetahui paling sedikit hal-hal berikut :

1. Alamat tujuan.

2. Router-router tetangga (neighbor routers) dari mana sebuah router bias mempelajari tentang network remote.

3. Route yang mungkin ke semua network remote.

4. Route terbaik untuk setiap network remote.

5. Bagaimana menjaga dan memverifikasi informasi routing.

Router mempelajari tentang network-network remote dari router-router tetangga atau dari seorang administrator. Router kemudian akan membuat sebuah routing table yang menggambarkan bagaimana menemukan network- network remote. Jika sebuah network terhubung secara langsung maka router sudah tahu bagaiamana menghubungi network itu. Jika sebuah network tidak terhubung secara langsung router harus mempelajari bagaimana cara mencapai network remote tersebut dengan dua cara menggunakan routing statis, yang berarti sseorang harus mengetikkan dengan tangan tentang semua lokasi network ke routing table atau melalui apa yang disebut routing dinamis.

Pada routing dinamis sebuah protokol pada satu router berkomunikasi dengan protokol yang sama yang bekerja di router tetangga. Router kemudian akan saling melakukan update tentang semua network yang mereka ketahui dan

menempatkan informasi tersebut ke routing table. Jika suatu perubahan terjadi di network, maka protokol routing dinamis secara otomatis akan memberitahukan semua router tentang apa yang terjadi. Jika routing statis digunakan, maka seorang administrator bertanggung jawab untuk melakukan update semua perubahan tersebut, secara manual ke semua router. Biasanya, pada sebuah network yang besar digunakan sebuah kombinasi dari routing dinamis dan routing statis.

Tabel berikut ini memperlihatkan perbandingan antara kecepatan dan keamanan dan ketergantungan pada konfigurasi device-nya.

3. ROUTING STATIS

Routing statis terjadi jika kita secara manual menambah route-route di routing table dari setiap router. Terdapat pro dan kontra terhadap routing statis, tetapi itu juga berlaku untuk semua proses routing

Routing statis memiliki keuntungan-keuntungan berikut:

* Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router, yang berarti kita mungkin dapat membeli router yang lebih murah daripada jika kita menggunakan routing dinamis.
* Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk mengizinkan akses routing ke network tertentu saja

Routing statis memiliki kerugian-kerugian berikut :

* Administrator harus benar-benar memahami internetworking dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasi router dengan benar
* Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, administrator harus menambahkan sebuah route ke semua router secara manual.
* Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaanfull-time sendiri.

Berikut ini adalah syntax perintah yang kita gunakan untuk menambah sebuah route statis ke sebuah routing table :

ip route [destination_network] [mask] [next-hop_address or exit interface]

[admistrative_distance] [permanent]

Daftar ini menggambarkan setiap perintah dalam string:

* ip route

Perintah ini digunakan untuk menciptakan routing statis

* Destination_address

Network yang kita tempatkan di routing table.

* Mask Subnet mask yang digunakan di network.
* Next-hop_address

Alamat dari router di hop berikutnya (next-hop) yang akan menerima paket dan meneruskannya ke network remote. Alamat next-hop address adalah sebuah interface router yang berada disebuah network yang terhubung secara langsung. Kita harus mampu melakukan ping ke interface router ini sebelum kita menambahkan route. Jika kita mengetikkan alamat di hop berikutnya yang salah, atau interface ke router sedang mati, route statis akan muncul di konfigurasi router, tetapi tidak di routing table.

* Exit interface

Kita dapat menggunakan ini untuk menggantikan next-hop_address jika kita menginginkannya, tetapi ini hanya dapat diterapkan di sebuah link point-to- point, seperti sebuah WAN. Perintah ini tidak akan bekerja pada sebuah LAN seperti Ethernet.

* Administrative_distance.

Secara default, route statis memiliki sebuah administrative distance (jarak administrasi) 1 (atau bahkan 0 jika kita menggunakan sebuah exit interface dibandingkan sebuah alamat next-hop). Kita dapat mengubah nilai default dengan menambahkan apa yang disebut administrative weight (bobot administrasi) pada akhir dari perintah ini

* Permanent.

Jika interface dimatikan (shut down), atau router tidak dapat berkomunikasi ke router hop berikutnya, secara otomatis route akan dibuang dari routing table. Pilihan permanent akan membuat entri route ini tetap ada di routing table meski apa pun yang terjadi.

Terdapat dua jenis routing protokol yang digunakan di internetwork: internet gateway protocol (IGP) dan exterior gateway protocol (EGP). IGP digunakan untuk melakukan pertukaran informasi routing dengan router-router yang berada di autonomous system (AS) yang sama. Sebuah AS adalah sekumpulan network yang berada dibawah sebuah domain administrasi yang sama, yang pada dasarnya berarti semua router yang berbagi informasi routing table yang sama adalah berada di AS yang sama. Sedangkan EGP digunakan untuk berkomunikasi antar-AS. Sebuah contoh EGP adalah Border Gateway Protocol (BGP)

Administative Distance (disingkat AD) digunakan untuk mengukur apa yang disebut trustworthiness (ke-dapat-dipercaya-an) dari informasi routing yang diterima oleh sebuah router dari router tetangga. Sebuah administrative distance adalah sebuah bilangan bulat dari 0 sampai 255, dimana 0 adalah yang paling dapat dipercaya dan 225 berarti tidak akan lalu lintas data yang akan melalui route ini.

Jika sebuah router menerima dua update mengenai network yang sama, maka hal pertama yang dicek oleh router adalah AD. Jika satu dari route yang di- advertised (diumumkan oleh router lain) memiliki AD yang lebih rendah dari yang lain, maka route dengan AD terendah tersebut akan ditempatkan di routing table.

Jika kedua route yang di-advertised memiliki AD yang sama, maka yang disebut metrics dari routing protokol(misalnya jumlah hop atau bandwidth dari sambungan) akan digunakan untuk menemukan jalur terbaik ke network remote. Router yang di-advertised dengan metrics terendah akan ditempatkan di routing table. Tetapi jika kedua route memiliki AD dan metric yang sama, maka routing protocol akan melakukan load-balance (pengimbangan beban) ke network remote (yang berarti router akan mengirimkan paket melalui kedua link yang memiliki AD dan metric yang sama tersebut).

Tugas jarkom 3 praktek


Planning and Building an Enterprise Network
Objective
         Plan, design, and build a large enterprise network utilizing multiple VLANs, inter-VLAN routing, and VTP domains.
Background / Preparation
A new remote site has been acquired by your company and the network needs to be built. You must plan, design, and build the network to meet company standards. The following equipment has been provided.
         Three Cisco 2960 switches have been purchased, one for each of the three floors.
         One Cisco 1841 router has been purchased as the Integrated Service Router (ISR).

Step 1: Connecting the network
Utilize the first FastEthernet interface on the ISR router to connect to the last FastEthernet interface on the Floor 1 switch.
Connect GigabitEthernet 1/1 on the Floor 1 switch to GigabitEthernet 1/1 on the Floor 2 switch.
Connect GigabitEthernet 1/2 on the Floor 2 switch to GigabitEthernet 1/1 on the Floor 3 switch.
 
Step 2: Configure basic switch and router configurations
Utilize the following table to configure the ISR router, Floor 1, Floor 2, and Floor 3 switches.
 
Router
Router>en
Router>enable
Router#conf
Router#configure t
Router#configure terminal
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Router(config)#hos
Router(config)#hostname ISR_Rtr
ISR_Rtr(config)#en
ISR_Rtr(config)#ena
ISR_Rtr(config)#enable pas
ISR_Rtr(config)#enable password cisco123
ISR_Rtr(config)#li
ISR_Rtr(config)#line vt
ISR_Rtr(config)#line vty 0 4
ISR_Rtr(config-line)#pas
ISR_Rtr(config-line)#password class
ISR_Rtr(config-line)#login
ISR_Rtr(config-line)#exit
ISR_Rtr(config)#lin
ISR_Rtr(config)#line co
ISR_Rtr(config)#line console 0
ISR_Rtr(config-line)#pas
ISR_Rtr(config-line)#password class
ISR_Rtr(config-line)#login
ISR_Rtr(config-line)#exit
ISR_Rtr(config)#
 
Switch set the all switches
Switch>ena
Switch>enable
Switch#con
Switch#conf
Switch#configure t
Switch#configure terminal
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Switch(config)#host
Switch(config)#hostname Floor1_Sw
Floor1_Sw(config)#ena
Floor1_Sw(config)#enable pas
Floor1_Sw(config)#enable password cisco123
Floor1_Sw(config)#li
Floor1_Sw(config)#line vt
Floor1_Sw(config)#line vty 0 4
Floor1_Sw(config-line)#pas
Floor1_Sw(config-line)#password class
Floor1_Sw(config-line)#login
Floor1_Sw(config-line)#exit
Floor1_Sw(config)#lin
Floor1_Sw(config)#line con
Floor1_Sw(config)#line console 0
Floor1_Sw(config-line)#pas
Floor1_Sw(config-line)#password class
Floor1_Sw(config-line)#login
Floor1_Sw(config-line)#exit
Floor1_Sw(config)#
Do same to switch 2 and switch 3.
 
Step 3: Configure the interfaces connecting the router and switches
a. Set the interfaces connecting the Floor 1, Floor 2, and Floor 3 switches as trunk ports.
b. Set the interface on the Floor 1 switch connecting to the ISR router as a trunk port.
c. Enable the interface on the ISR router connecting to the Floor 1 switch.
d. Create and configure three sub-interfaces on the ISR routers FastEthernet 0/0 interface. Use the following table.
1.       Set the encapsulation for each sub-interface.
2.       Set the IP address for each sub-interface.
a.        Floor1_Sw(config)#interface gigabitEthernet 1/1
Floor1_Sw(config-if)#sw
Floor1_Sw(config-if)#switchport mo
Floor1_Sw(config-if)#switchport mode tr
Floor1_Sw(config-if)#switchport mode trunk
Do same to switch 2 and switch 3.
b.      Floor1_Sw(config)#interface fastEthernet 0/24
Floor1_Sw(config-if)#sw
Floor1_Sw(config-if)#switchport mo
Floor1_Sw(config-if)#switchport mode tr
Floor1_Sw(config-if)#switchport mode trunk
c.       ISR_Rtr(config)#int
ISR_Rtr(config)#interface f
ISR_Rtr(config)#interface fastEthernet 0/0
ISR_Rtr(config-if)#no ip add
ISR_Rtr(config-if)#no ip address
ISR_Rtr(config-if)#no sh
ISR_Rtr(config-if)#no shutdown
ISR_Rtr(config-subif)#exit
ISR_Rtr(config)#
d.      ISR_Rtr(config)#int
ISR_Rtr(config)#interface f
ISR_Rtr(config)#interface fastEthernet 0/0.20
1.       ISR_Rtr(config-subif)#en
ISR_Rtr(config-subif)#encapsulation dot1q 20
2.       ISR_Rtr(config-subif)#ip ad
ISR_Rtr(config-subif)#ip address 192.168.20.1 255.255.255.0
ISR_Rtr(config-subif)#exit
 
Step 4: Configure a VTP Domain
Utilize the following table to configure the Floor 1, Floor 2, and Floor 3 switches.
a.       Floor 2 dan 3
1.       Floor2_Sw(config)#vt
Floor2_Sw(config)#vtp do
Floor2_Sw(config)#vtp domain SiteX
Changing VTP domain name from NULL to SiteX
2.       Floor2_Sw(config)#vt
Floor2_Sw(config)#vtp mo
Floor2_Sw(config)#vtp mode cl
Floor2_Sw(config)#vtp mode client
Setting device to VTP CLIENT mode.
3.       Floor2_Sw(config)#vt
Floor2_Sw(config)#vtp pas
Floor2_Sw(config)#vtp password ciscoVTP
Setting device VLAN database password to ciscoVTP
Floor2_Sw(config)#exit
b.      Floor 1
1.       Floor1_Sw(config)#vt
Floor1_Sw(config)#vtp do
Floor1_Sw(config)#vtp domain SiteX
Domain name already set to SiteX.
2.       Floor1_Sw(config)#vt
Floor1_Sw(config)#vtp mo
Floor1_Sw(config)#vtp mode se
Floor1_Sw(config)#vtp mode server
Device mode already VTP SERVER.
3.       Floor1_Sw(config)#vt
Floor1_Sw(config)#vtp pa
Floor1_Sw(config)#vtp password ciscoVTP
Setting device VLAN database password to ciscoVTP
Floor1_Sw(config)#exit
 
Step 5: Configure VLANs
Utilize the following table to configure the VLANs from the VTP server.
        Floor1_Sw(config)#vl
Floor1_Sw(config)#vlan 20
Floor1_Sw(config-vlan)#na
Floor1_Sw(config-vlan)#name Admin
Floor1_Sw(config-vlan)#exit
Floor1_Sw(config)#vl
Floor1_Sw(config)#vlan 25
Floor1_Sw(config-vlan)#na
Floor1_Sw(config-vlan)#name Management
Floor1_Sw(config-vlan)#exit
Floor1_Sw(config)#vl
Floor1_Sw(config)#vlan 30
Floor1_Sw(config-vlan)#na
Floor1_Sw(config-vlan)#name Finance
Floor1_Sw(config-vlan)#exit
Floor1_Sw(config)#
 
Step 6: Add switch ports to the appropriate VLAN
a. Configure the Floor 1 switch so that FastEthernet 0/1 is on VLAN 20.
b. Configure the Floor 2 switch so that FastEthernet 0/1 is on VLAN 25.
c. Configure the Floor 3 switch so that FastEthernet 0/1 is on VLAN 30.
a.       Floor1_Sw(config)#int
Floor1_Sw(config)#interface f
Floor1_Sw(config)#interface fastEthernet 0/1
Floor1_Sw(config-if)#sw
Floor1_Sw(config-if)#switchport mo
Floor1_Sw(config-if)#switchport mode ac
Floor1_Sw(config-if)#switchport mode access
Floor1_Sw(config-if)#sw
Floor1_Sw(config-if)#switchport ac
Floor1_Sw(config-if)#switchport access v
Floor1_Sw(config-if)#switchport access vlan 20
Floor1_Sw(config-if)#exit
Floor1_Sw(config)#
b.      Floor2_Sw(config)#int
Floor2_Sw(config)#interface f
Floor2_Sw(config)#interface fastEthernet 0/1
Floor2_Sw(config-if)#sw
Floor2_Sw(config-if)#switchport mo
Floor2_Sw(config-if)#switchport mode ac
Floor2_Sw(config-if)#switchport mode access
Floor2_Sw(config-if)#sw
Floor2_Sw(config-if)#switchport ac
Floor2_Sw(config-if)#switchport access v
Floor2_Sw(config-if)#switchport access vlan 25
Floor2_Sw(config-if)#exit
Floor2_Sw(config)#
c.       Floor3_Sw(config)#int
Floor3_Sw(config)#interface f
Floor3_Sw(config)#interface fastEthernet 0/1
Floor3_Sw(config-if)#sw
Floor3_Sw(config-if)#switchport mo
Floor3_Sw(config-if)#switchport mode ac
Floor3_Sw(config-if)#switchport mode access
Floor3_Sw(config-if)#sw
Floor3_Sw(config-if)#switchport ac
Floor3_Sw(config-if)#switchport access v
Floor3_Sw(config-if)#switchport access vlan 30
Floor3_Sw(config-if)#exit
Floor3_Sw(config)#
 
Step 7: Connect and configure client workstations
a. Connect PC0 to the Floor 1 switch via FastEthernet 0/1.
b. Connect PC1 to the Floor 2 switch via FastEthernet 0/1.
c. Connect PC2 to the Floor 3 switch via FastEthernet 0/1.
Step 8: Verify connectivity
a. Using the Command Prompt, ping PC1 and PC2 from PC0.
b. Using the Command Prompt, ping PC0 and PC2 from PC1.
c. Using the Command Prompt, ping PC0 and PC1 from PC2.
d. Your completion percentage should be 100%. If not, click Check Results to see which required components are not yet completed.

Sumarization Router

Rabu, 08 Juni 2011
Router Summarization



ROUTER 3
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.2.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up
Router(config-if)#exit
Router(config)#int ser 2/0
Router(config-if)#ip add 192.168.1.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface Serial2/0, changed state to down
Router(config-if)#exit
Router(config)#ip route 172.16.0.0 255.255.252.0 ser 2/0
Router(config)#
ROUTER 2
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 172.16.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up
Router(config-if)#exit
Router(config)#int ser 2/0
Router(config-if)#ip add 172.16.2.2 255.255.255.0
Router(config-if)#description ke router R1
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface Serial2/0, changed state to down
Router(config-if)#exit
Router(config)#int ser 3/0
Router(config-if)#ip add 192.168.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#clock rate 9600
Router(config-if)#description ke router R3
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface Serial3/0, changed state to up
Router(config-if)#exit
Router(config)#
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface Serial3/0, changed state to up
Router(config)#ip route 172.16.3.0 255.255.255.0 ser 2/0
Router(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 ser 3/0
Router(config)#
ROUTER 1
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#int fa 0/0
Router(config-if)#ip add 172.16.3.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up
Router(config-if)#exit
Router(config)#int ser2/0
Router(config-if)#ip add 172.16.2.1 255.255.255.0
Router(config-if)#clock rate 9600
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface Serial2/0, changed state to up
Router(config-if)#exit
Router(config)#
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface Serial2/0, changed state to up
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 ser2/0
Router(config)#exit
%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console
Router#

Tugas Jarkom ke-2 ( VLAN)

LAN DAN WAN

Perusahaan Jaringan menyertakan kedua-duanya LAN tradisional dan teknologi WAN. Di dalam suatu jaringan perusahaan dan berbagai jaringan lokal pada kampus tunggal saling behubungan baik pada Distribusi Lapisan maupun Inti Lapisan untuk membentuk suatu LAN. LAN saling behubungan dengan lain yang lokasi jadilah lebih secara geografis dibubarkan untuk membentuk suatu WAN.
LANS adalah pribadi dan di bawah kendali dari organisasi atau orang tunggal. Organisasi menginstal, mengatur, dan memelihara pemasangan kawat dan alat adalah blok bangunan yang fungsional menyangkut LAN.
Beberapa WAN secara pribadi dimiliki; bagaimanapun, sebab pemeliharaan dan pengembangan suatu pribadi WAN mahal, hanya organisasi yang sangat besar yang dapat usahakan untuk memelihara suatu pribadi WAN. Kebanyakan perusahaan membeli koneksi WAN dari suatu penyedia jasa layanan atau ISP. ISP kemudian bertanggung jawab untuk memelihara back-end koneksi Jaringan dan jaringan jasa antar LANS.
Ketika suatu organisasi mempunyai banyak orang lokasi global, pendirian/penetapan jasa layanan dan koneksi WAN dapat kompleks. Sebagai contoh, ISP yang utama untuk organisasi tidak boleh menawarkan jasa di dalam tiap-tiap negeri atau penempatan di mana organisasi mempunyai suatu kantor. Sebagai hasilnya, organisasi harus membeli jasa dari berbagai ISPS. Penggunaan berbagai ISPS sering memimpin ke arah perbedaan di dalam mutu jasa penyajian. Di dalam banyak orang yang muncul di negara-negara, sebagai contoh, para perancang jaringan akan temukan perbedaan di dalam ketersediaan peralatan, Jasa menawarkan WAN, dan encryption teknologi untuk keamanan. Untuk mendukung suatu jaringan perusahaan, adalah penting untuk mempunyai standard seragam untuk peralatan, bentuk wujud, dan jasa.
Corak suatu LAN:
1. Organisasi mempunyai tanggung jawab menerapkan dan memanage infrastruktur itu.
2. Ethernet adalah teknologi yang paling umum digunakan.
3. Jaringan yang menyangkut fokus adalah di dalam Akses DISTRIBUSI Lapisan.
4. LAN menghubungkan para pemakai, penyedia mendukung untuk server dan aplikasi yang dilokalisir bertani
5. Alat yang dihubungkan biasanya seperti area local,contoh suatu bangunan di kampus.
Corak suatu WAN:
1. Lokasi yang dihubungkan pada umumnya secara geografis yang dibubarkan.
2. Connectivas kepada WAN memerlukan suatu alat seperti suatu modem atau CSU/DSU untuk menaruh data didalam suatu format yang bisa diterima oleh jaringan menyangkut penyedia layanan.
3. menservis penyedia pada suatu ISP. Jasa WAN meliputi T1/T3, E1/E3, DSL, Kabel/Telegram, Bingkai Penyiaran ulang, dan ATM.
4. ISP mempunyai tanggung jawab menerapkan dan memanage infrastruktur
5. memodifikasi alat tepi Ethernet encapsulation kepada suatu encapsulation WAN serial.
Gambar VLAN

PENGERTIAN
VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN , hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara
virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat
segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi workstation seperti pada gambar dibawah ini

Gambar Jaringan VLAN




BAGAIMANA VLAN BEKERJA
VLAN diklasifikasikan berdasarkan metode (tipe) yang digunakan untuk mengklasifikasikannya, baik menggunakan port, MAC addresses dsb. Semua
informasi yang mengandung penandaan/pengalamatan suatu vlan (tagging) di simpan dalam suatu database (tabel), jika penandaannya berdasarkan
port yang digunakan maka database harus mengindikasikan port-port yang digunakan oleh VLAN. Untuk mengaturnya maka biasanya digunakan
switch/bridge yang manageable atau yang bisa di atur. Switch/bridge inilah yang bertanggung jawab menyimpan semua informasi dan konfigurasi
suatu VLAN dan dipastikan semua switch/bridge memiliki informasi yang sama.
Switch akan menentukan kemana data-data akan diteruskan dan sebagainya atau dapat pula digunakan suatu software pengalamatan (bridging software)
yang berfungsi mencatat/menandai suatu VLAN beserta workstation yang didalamnya.untuk menghubungkan antar VLAN dibutuhkan router.

TIPE TIPE VLAN
Keanggotaan dalam suatu VLAN dapat di klasifikasikan berdasarkan port
yang di gunakan , MAC address, tipe protokol.

1. Berdasarkan Port

Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang di gunakan oleh
VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch dengan 4 port, port 1, 2,
dan 4 merupakan VLAN 1 sedang port 3 dimiliki oleh VLAN 2, lihat tabel:

Tabel port dan VLAN

Port 1 2 3 4
VLAN 2 2 1 2

Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah pindah, apabila harus
berpindah maka Network administrator harus mengkonfigurasikan ulang.

2. Berdasarkan MAC Address

Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap workstation /komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi/mencatat semua MAC
address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN. MAC address merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC (Network Interface Card) di setiap workstation.
Kelebihannya apabila user berpindah pindah maka dia akan tetap terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut.Sedangkan kekurangannya bahwa setiap mesin harus di konfigurasikan secara manual , dan untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang efissien untuk dilakukan.

Tabel MAC address dan VLAN

MAC address 132516617738 272389579355 536666337777 24444125556
VLAN 1 2 2 1

3. Berdasarkan tipe protokol yang digunakan
Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang digunakan, lihat tabel

Tabel Protokol dan VLAN

Protokol IP IPX
VLAN 1 2

4. Berdasarkan Alamat Subnet IP
Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk mengklasifikasi
suatu VLAN

Tabel IP Subnet dan VLAN

IP subnet 22.3.24 46.20.45
VLAN 1 2

Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan juga tidak mempermasalahkan funggsi router.IP address digunakan untuk memetakan keanggotaan VLAN.Keuntungannya seorang user tidak perlu mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila berpindah tempat, hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit lebih lambat untuk meneruskan paket di banding
menggunakan MAC addresses.

5. Berdasarkan aplikasi atau kombinasi lain
Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan aplikasi yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk diterapkan pada suatu
jaringan. Misalkan: aplikasi FTP (file transfer protocol) hanya bias digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa digunakan pada VLAN 2.

PERBEDAAN MENDASAR ANTARA LAN DAN VLAN
Perbedaan yang sangat jelas dari model jaringan Local Area Network dengan Virtual Local Area Network adalah bahwa bentuk jaringan dengan model Local
Area Network sangat bergantung pada letak/fisik dari workstation, serta penggunaan hub dan repeater sebagai perangkat jaringan yang memiliki beberapa
kelemahan. Sedangkan yang menjadi salah satu kelebihan dari model jaringan dengan VLAN adalah bahwa tiap-tiap workstation/user yang tergabung dalam
satu VLAN/bagian (organisasi, kelompok dsb) dapat tetap saling berhubungan walaupun terpisah secara fisik.

tugas jarkom3

JARKOM III (JARINGAN KOMPUTER 3)
KONFIGURASI ROUTER
M. Muslichul Umam (09.240.0095)

No
Perintah penuh
Perintah singkat
Maksud perintah
1
Enable
ena
Perintah masuk dari user mose ke mode privillage
2
Configure terminal
Conf t
Perintah masuk ke global configuration mode


3
Host name

Untuk pemberian nama (SSID) pada Router
4
Interface fastethernet 0/0
Int fa0/0
Command untuk masuk ke subconfigure interface fastethernet


5
Ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
Ip add 192.168.2.1 255.255.255.0
Ip dari fa0/0 192.168.1.1 dengan subnetmask 255.255.255.0
6
No shutdown
No shut
Mengaktifkan network IP atau ip interface
7
Exit
ex
Masuk me user modee
8
interface serial 2/0
Int s2/0
Command untuk masuk ke subconfigure interface serial


9
ip address 10.10.10.1 255.0.0.0
ip add 10.10.10.1 255.0.0.0
ip address dari serial 2/0 10.10.10.1 subnetmask 255.0.0.0
10
clock rate 64000
cl ra 64000
set clock rate dalam bits/s
11
No shutdown
no shut
Mengaktifkan ip serial
12
Exit
Ex
Masuk ke mode configuration
13
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 s2/0
Ip ru 0.0.0.0 0.0.0.0 s2/0
Menyeting ip route serial
14
show running-config
Sh run
Mengetahui konfigurasi yang aktif di dalam DRAM (dynamic random access memory)


15
show startup-config
Sh start
Mengetahui konfigurasi yang sudah tersimpan di dalam NVRAM


16
show version
Sh ver
menampilkan informasi tentang versi software yang
sekarang sedang jalan lengkap dengan informasi hardware dan
device.
17
show ip protocols
Sh ip
Untuk menampilkan ip protokol
18
Show ip route
Sh ip rout
memperlihatkan konfigurasi routing
19
show interfaces
Sh int
ntuk menampilkan statistic semua interface router.
20
show ip interface brief
Sh ip int bri
Memeriksa status atau kondisi dari tiap-tiap interface yang telah di konfigurasi
21
show protocols
Sh prot
menampilkan status interface baik secara global maupun khusus dari protocol layer 3 yang terkonfigurasi

22
show cdp neighbors
Sh cdp neig
Menunjukkan tentang informasi semua piranti Cisco tetangga yaitu switch dan router

23
show sessions
Sh sess
memperlihatkan sesi yang ada sekarang
24
show ssh
Sh ssh
Untuk melihat koneksi ssh
25
Ping
ping
Mengecek koneksi
26
Traceroute






Untuk Setting IP Router1 :
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname Router1
Router1(config)#int fa 0/0
Router1(config-if)#ip add 192.168.2.1 255.255.255.0
Router1(config-if)#no shut
Router1(config-if)#exit
Router1(config)#int s2/0
Router1(config-if)#ip add 10.10.10.1 255.0.0.0
Router1(config-if)#cl ra 64000
Router1(config-if)#no shut
Router1(config-if)#exit
Router1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 s2/0
Router1(config)#exit

  • Untuk Setting Router2 :
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname Router2
Router2(config)#int fa 0/0
Router2(config-if)#ip add 192.168.3.1 255.255.255.0
Router2(config-if)#no shut
Router2(config-if)#exit
Router2(config)#int s2/0
Router2(config-if)#ip add 10.20.10.1 255.0.0.0
Router2(config-if)#no shut
Router2(config-if)#exit
Router2(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 s2/0
Router2(config)#exit
Router2#Router1(config)#exit